Oleh: Syarifuddin Yusuf (Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Umpar) & Haniarti (Dosen FakultasIlmu Kesehatan Umpar)
Universitas Muhammadiyah Parepare (UMPAR) sebagai salah satu perguruan tinggi yang telah tumbuh dan berkembang, seiring perjalanan waktu semakin memperlihatkan jati dirinya. Pelan tapi pasti, geliat atmosfer akademik di linkungan kampus kembali terasa. Pasca pandemic covid-19 selama 2 tahun, membawa makna tersendiri terhadapperkembangan Umpar. Pandemic covid-19 menjadi wabah yang mengubah secara revolusioner pembelajaran yang diselenggarakan oleh kampus. Pandemic covid-19 ini mendisrupsi tridharma Perguruan tinggi. Dalam bidang pendidikan dan pengajaran, sebelum pandemic proses pembelajaran dilakukan dengan metode tatap muka secaralangsung, saat pandemic dilakukan secara daring. Bahkan prosesi wisuda di PTN dan PTS juga dilakukan secara daring.
Pandemic covid-19 memang menyerang hampir seluruh bangsa, tapi ada yang membedakan yaitu bagaimana sebuah bangsa atau masyarakat meresponnya, termasuk warga PTS terkhusus warga Umpar. Pandemic sudah seharusnya tidak hanya dipandang sebagai musibah yang di mitigasi dengan serius, tapi juga membawa beragam berkah yang dapat di petik. Beberapa diantaranya menyadarkan akan kerentanan model manajemen PTS yang dijalankanselama ini dan mendorong evaluasi jujur secara menyeluruh dan di sisi lain sekaligus memaksa Perguruan Tinggi (PT) untuk memikirkan model manajemen baru yang lebih tahan banting dan berkelanjutan di masa mendatang. Tentu akansangat disayangkan jika pandemic yang sudah menuntut begitu banyak pengorbanan berlalu begitu saja. Karenanya PTharus menjadikan pandemic ini sebagai lentingan bertumbuh untuk menjemput masa depan yang lebih baik.
Beberapa strategi keberlanjutan PT dari aspek operasional yang perlu dipikirkan. Pertama tidak ada pilihan lain bagi PT selain melakukan penguatan ekosistem Teknologi informasi untuk mendukung proses manajemen danpengambilan keputusan. Digitalisasi layanan bukan lagi plihan, tetapi menjadi sebuah keniscayaan, sudah menjadi kebutuhan. Ini terkait banyak hal, optimasi layanan akademik kepada mahasiswa dan pemangku kepentingan lain, juga pengumpulan data yang tidak hanya penting secara administrative, tetapi lebih dari itu kritikal secara strategis.
Para pemimpin PT perlu memberikan perhatian secara khusus kepada aspek ini, yang bisa jadi memerlukan besaran investasi terbilang lumayan. Kedua, secara khusus, PT perlu memberikan perhatian kepada penguatan dan pematangan ekosistem pembelajaran daring. Tidak hanya dari sisi infrastruktur teknologi dan sistim informasi, tetapi jugadari sisi kesiapan aktornya, yakni dosen dan mahasiswa. Infrastruktur pembelajaran daring dapat dikuatkan dengan beragam inisiatif, termasuk penentuan paket solusi yang dipilih (seperti learning management system, aplikasi konferensi video, aplikasi produksi konten pembelajaran) dan desain dalam pembelajaran secara integrative. Ketiga,penggunaan teknologi informasi memaksa PT mendesain ulang proses pembelajaran. Sebagai contoh, jika pendekatan induktif yang digunakan, proses admisi dapat berubah drastic tanpa kehadiran fisik sama sekali. Selain itu, memungkinkan PT berpikir untuk membuka program studi pendidikan jarak jauh untuk mengoptimalkan manfaat investasi teknologi informasi selain sebagai strategi bertumbuh ke depan dengan memperluas basis mahasiswa. Keempat, PT seharusnya lebih memperbaiki kinerja pemasarannya, pengalaman dalam mengelola penerimaan system mahasiswa baru memberikan pelajaran bahwa tidak semua PTS yang memiliki program studi berkualitas baik, yang bahkan tidak mendapatkan satupun pendaftar. Bisa jadi, salah satu sebabnya adalah edukasi public untukmemperkenalkan PT atau program studinya belum dikelola dengan baik. Karenanya tidaklah berlebihan jika PT jugaharus memperbaiki kinerja pemasarannya, memperkenalkan diri kepada public. Kelima, menyiapkan aktifitas fisikpembelajaran terkawal baik. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa tidak semua aktivitas pembelajaran dapat dipindahkan secara daring, jika ini kasusnya, maka PT juga harus melakukan mitigasi untuk menyiapkan aktivitas fisikyang terkawal dengan baik. Keenam, PT perlu secara saksama melakukan mitigasi finansial. Hal ini dapat dilaksanakan dengan inisiatif termasuk pengencangan ikat pinggang alias efisiensi, penentuan skala prioritas program(mulai dari yang dapat dibatalkan, mungkin ditunda, dijalankan dengan skala lebih kecil, atau bahkan di desain ulang) dan pemantauan ketersedian uang kontan dengan seksama. Bagi PTS, hal ini menjadi amat penting ketika sebagianbesar sumber pendanaan masih berasal dari uang kuliah mahasiswa, yang kapasitasnya juga dipengaruhi oleh pandemic. Pencarian sumber pendanaan alternative perlu juga dipikirkan, misalnya unit bisnis strategis namun tidakberesiko dan sudah melalui kajian dan study kelayakan, ini perlu dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Seperti halnya pengertian dan fungsi Pendidikan Tinggi, tujuan Pendidikan tinggi juga tertuang dalam UU No. 12tahun 2012 tentang Pendidikan tinggi yaitu pada pasal 5. Dalam UU No. 12 tahun 2012 pasal 5 disebutkan salah satutujuan Pendidikan tinggi yaitu berkembangnya potensi mahasiswa. Dengan demikian, mahasiswa menjadi urusan utama(core business) dalam sebuah universitas (perguruan tinggi). Karena mahasiswa adalah core business sebuah universitas maka akademik dan kemahasiswaan menjadi sector unggulan dalam menyusun perencanaan kampus. Baik dari sisistruktur organisasi dan segi pendanaan.
Sistem manajemen akademik PT merupakan core business utama dari sebuah system pengelolaanpenyelenggaraan PT dan merupakan manajeril instrument untuk mewujudkan misi utama PT yaitu Pendidikan. System manajemen akademik PT adalah tulang punggung PT untuk mengelola akademik secara total dan konprehensif dengan penyediaan layanan yang berkualitas dan berperan sebagai penjaga mutu akademik.
Gejala adanya masalah eksistensi dan keberlanjutan Pendidikan Tinggi sudah kelihatan dari sekarang. Sudahsemakin banyak Pergurun tinggi, baik Akademi, Sekolah Tinggi maupun Universitas yang kini terancam gulung tikar,karena tidak lagi dapat menarik calon mahasiswa. Padahal Indonesia adalah negara dengan kepemilikan Perguruan Tinggi terbanyak di dunia, bahkan mengalahkan Cina dalam kuantitas, yang hanya memiliki setengah dari jumlahPerguruan Tinggi di Indonesia yang jumlahnya lebih dari 4.400 Perguruan Tinggi.
Di sisi lain, bukan cerita rahasia lagi bahwa kehidupan dan proses belajar mengajar tatap muka di kelas-kelas berbagai kampus bukanlah pengalaman yang menarik bagi banyak mahasiswa. Banyak kelas membosankan, apalagi jika dosen mengajar dengan pendekatan dan pola-pola lama, yang sudah dilakukan puluhan tahun ke belakang tanpa adanya perubahan. Padahal mahasiswa kini bukanlah mahasiswa 10-50 tahun yang lalu, mahasiswa masa kinimemerlukan perubahan dan adaptasi cara mengajar dan belajar.
Tentu saja ini menjadi tantangan bagi manajemen Perguruan Tinggi di Indonesia dalam rangka menyikapi perubahan jaman dengan semakin derasnya kemajuan teknologi informasi. Dunia Pendidikan Tinggi jugatidak terkecuali terdisrupsi, padahal banyak ilmu pegetahuan dan teknologi dihasilkan dari riset yang dilakukan oleh banyak Perguruan Tinggi, terutama yang memiliki kekuatan riset yang utama. Jadi pertanyaan besarnya akankah Perguruan Tinggi, terutama yang berbasis teaching university ke depan semakin punah?
Sudah mulai terlihat sekarang, apalagi di masa depan peta kompetisi Perguruan Tinggi akan berubah dengan banyaknya jasa layanan pengetahuan berbasis internet yang semakin canggih, menarik dan fleksibel. Nampaknya kita harus bersiap-siap dengan perang kompetisi gaya baru, yang penuh disrupsi dan kejutan tak terduga. Saat ini tidak ada lagi establishment, semua industri termasuk Perguruan Tinggi harus siap-siap menghadapi guncangan dan turbulensiera persaingan gaya baru.
Bagaimana dengan Umpar …?? Saat ini Umpar sudah menampakkan jati dirinya, 23 tahun Umpar berkiprah mencerdaskan anak bangsa, mampukah bertahan ditengah kondisi persaingan keras ini? Prospek dan tantangan ke depan memerlukan ekstra kerja keras dari semua komponen. Ke depan Umpar akan semakin berbenah dan bermanfaatbesar bagi persyarikatan, bangsa dan umat. Tapi semuanya memerlukan proses. Usaha apapun dan dimanapun memerlukan pergumulan yang tidak mudah, yang berkembang secara gradual, kecuali jika dikatrol dengan investasi besar-besaran. Investasi modal besarpun tetap perlu rasional agar hasilnya sepadan serta tidak berujung kegagalan.
Di sisi lain budaya (etos) kerja keras dan bekerja ikhlas serta selalu berfikiran positif selalu ditanamkan kepada seluruh stakeholder Umpar, mulai dari pimpinan, dosen, staf dan karyawan sebagai motivasi untuk selalu berkarya.Budaya Sipakalebbi, menghargai dan menghormati, baik tokoh-tokoh pelaku sejarah, pimpinan terdahulu yang pernah memberi sumbangsih besar kepada Umpar perlu ditanamkan kepada civitas akademika Umpar. Suasana kekeluargaanyang menjadi ciri khas Umpar dengan penanaman nilai-nilai Al-Islam kemuhammadiyahan senantiasa dikembangkan sebagai satu keunggulan. Perlu komitmen dari semua civitas akademika Umpar untuk bersama-sama memajukan Umpar, menghindari pertikaian, kubu-kubuan, dan akhirnya jadi sasaran laporan yang ujung-ujungnya merusak nama baik Umpar. Tanamkan dalam diri, apa yang telah kita berikan kepada Umpar, sehingga keikhlasan dan rasa memiliki serta keberkahan senantiasa tercurah kepada PT ini.
Penguatan, pengelolaan dan memimpin Umpar tidak cukup dengan pelayanan- pelayanan administrasi danrutinitas semata, namun perlu mobilisasi potensi dan kegiatan yang optimal pada agenda-agenda penguatan yang strategis, nyata dan mampu mengangkat umpar menjadi unggul, madani, Profesional, adaptif dan religius. Kekurangan selalu ada, dan itu menjadikan umpar terus berbenah diri, memperbaiki, memperbarui dan meningkatkan sumber daya manusia, sehingga kepercayaan masyarakat (trust public) akan menjadi lebih baik dan senantiasa mempercayakan anak-anaknya untuk dididik di Umpar. Umpar akan terus bekerja keras, menjadikan dirinya laksana Rumput hijau yang akan tampil sebagai satu PT yang akan mencerdaskan anak-anak bangsa.